Kau dan segala cerita ini Adalah igauan yang tak henti-hentinya minta diberi obat penenang Punggungmu adalah bukit yang saban hari tak kunjung selesai kudaki Sampai aku patah kaki sementara kau pura-pura mati
Kepalaku puisi yang tidak pernah mampu membaca tanda baca di matamu Tanda titik, ataukah tanda jeda yang berkepanjangan Tidak pernah ada rumah Peta tidak mengenal alamatmu Berkelok, dan terlalu banyak persimpangan
Jadi, bagaimana? Kau yang cuma singgah Atau aku yang terlampau sungguh?